Senin, 30 Desember 2013

IPK Seniornya Jeblok, Peserta SNMPTN Terancam Tak Lulus


BANDUNG - Para peserta SNMPTN 2014 akan ikut ditentukan oleh kualitas para alumni sekolah asalnya. Itu jadi salah satu variabel baru dalam penilaian kelulusan SNMPTN.

"Dalam SNMPTN, yang dibutuhkan nilai rapor, tapi bukan itu satu-satunya. Ada beberapa variabel lain yang digunakan, misalnya prosentase kakak kelasnya yang diterima ujian tertulis, IPK alumninya di fakultas yang bersangkutan," kata Ketua Pelaksana SNMPTN 2014, Ganjar Kurnia, di Hotel Grand Royal Preanger, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu 11 Desember 2013 malam.

Hal itu dilakukan agar para peserta SNMPTN yang dinyatakan lulus benar-benar berkualitas. Pada saat yang sama, sekolah secara tidak langsung dituntut untuk meningkatkan kualitas sekolah dan siswanya.

Dijelaskan Ganjar, hal serupa dilakukan Universitas Padjadjaran (Unpad) dalam penerimaan mahasiswa barunya melalui proses SNMPTN. Dari variabel penilaian 'para senior', Unpad bisa mengetahui kualitas sekolah peserta SNMPTN.

Di Unpad, kualitas alumni salah satu SMA benar-benar jadi penilaian. Salah satu yang dinilai adalah IPK ketika mahasiswa lulus. "Kita menelusuri IPK alumninya yang diterima di Unpad itu rata-rata IPK-nya berapa," jelasnya.

IPK mahasiswa itu kemudian diakumulasikan dengan IPK para para mahasiswa Unpad dari lulusan SMA yang sama. "Kita gunakan nilai-nilai tersebut sehingga nanti kita akan mendapatkan satu nilai yang menggambarkan sekolah, posisi sekolah, dan juga kemampuan anaknya itu sendiri," tutur Ganjar.

Dalam penilaian seleksi SNMPTN, ada lima variabel yang dipertimbangkan untuk menentukan kelulusan peserta. Pertama meliputi tiga indeks atau faktor yaitu siswa, sekolah, dan wilayah. Kedua indeks siswa dengan indikator nilai rapor, kelengkapan nilai rapor, pencapaian nilai pelajaran dibanding kriteria ketuntasan minimal, nilai ujian nasional, dan prestasi lainnya.

Ketiga, indeks sekolah dengan indikator nilai rata-rata ujian nasional, nilai SBMPTN alumnya, akreditasi sekolah, serta jumlah siswa yang diterima di PTN melalui jalur SBMPTN dan SNMPTN tahun sebelumnya. Penilaian keempat adalah indeks wilayah dengan mempertimbangkan azas pemertaan. Terakhir, kebijakan sistem penilaian lokal diserahkan kepada masing-masing PTN.

Rabu, 25 Desember 2013

Pemkab Musirawas Serahkan 1.298 PNS ke Muratara


Pemkab Musirawas Serahkan 1.298 PNS ke MurataraMURATARA – Sebanyak 1.298 pegawai negeri sipil (PNS) yang selama ini mengabdi dilingkungan Pemkab Musirawas, secara resmi diserahkan ke Pemkab Musirawas Utara (Muratara). Penyerahan PNS ini dilakukan langsung oleh Bupati Musirawas H Ridwan Mukti dan diterima oleh Penjabat Bupati Muratara H Akisropi Ayub, berlangsung di gedung Auditorium Pemkab Musirawas, Kamis (5/12/2013). 
 
Bupati Musirawas H Ridwan Mukti saat penandatanganan berita acara penyerahan PNS tersebut mengatakan, proses penyerahan PNS cukup panjang. Itu setelah melalui pembahasan dan diseleksi oleh tim. “Insyaallah, PNS yang diserahkan ini adalah PNS terbaik, terlatih dan teruji, serta berkomitmen untuk membangun Muratara,” katanya. 
 
Sementara itu, Penjabat Bupati Muratara H Akisropi Ayub meminta kepada seluruh PNS yang sudah diserahkan oleh Pemkab Musirawas ke Pemkab Muratara, agar dapat bekerja keras dan secara bersama-sama untuk percepatan pembangunan Muratara. Apalagi, Muratara sebagai daerah baru dengan segala sesuatu yang belum memadai, maka tanpa adanya keseriusan dan kerja keras, pembangunan akan berjalan lambat. “Saya juga mengucapkan terima kasih dan salam hormat kepada Bupati Musirawas yang telah menyerahkan personilnya,” katanya.

Dua Artefak di Musirawas Hilang Misterius


MUSIRAWAS - Dua artefak cagar budaya yang disimpan di Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, diduga hilang misterius. Tak ada perubahan pada tempat penyimpanan apalagi kerusakan. 

"Dua cagar budaya yang hilang adalah patung gajah berlapis emas dan tombak Tunggul Wulung," kata petugas Dinas Budaya dan Pariwisata Musirawas Adi, Kamis (26/12/2013). Adi bertutur, kedua artefak yang hilang ditemukan di Desa G1 Mataram yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Tugumulyo. Lokasi tersebut dulu adalah areal perkantoran Belanda ketika membangun jaringan irigasi teknis sekitar tahun 1940-an.

Informasi dari keluarga penemu kedua artefak, tutur Adi, barang-barang tersebut dapat kembali sendiri ke lokasi tempat awal ditemukan. Menurut Adi informasi itu didukung pula oleh para ahli yang meyakini memang keduanya tak hilang dicuri.Meski ada informasi tersebut, Dinas Budaya dan Pariwisata Musirawas tetap kerepotan dan kebingungan. Bagaimana pun mereka tetap terancam hukum dengan hilangnya kedua artefak.

Penyelidikan petugas dinas tersebut mendapatkan kedua benda beberapa kali muncul sendiri ke tempat penyimpanan untuk kemudian hilang lagi. Kotak penyimpanan bahkan selimut pelapis kotak tak pernah berubah setiap kali kedua benda itu menghilang. Kunci kotak juga tak terlihat rusak dengan pintu kotak tak terbuka.

Untuk mengantisipasi hal tak diinginkan, Dinas Budaya dan Pariwisata Musirawas menyarankan warga yang menemukan kedua artefak untuk segera menyerahkannya ke pemerintah.Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Budaya dan Pariwisata Musirawas, Hamam Santoso, tak menampik soal kemisteriusan kedua artefak itu. "Memang dua benda itu, terutama tombak tunggul Wulung, hilang misterius. Hingga saat ini keberadaannya tidak diketahui dengan pasti," aku dia.

Selasa, 10 Desember 2013

Mengenal lebih dekat Ka Kwarnas yang baru


ImageAdhyaksa Dault , lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 7 Juni 1963.
Adhyaksa Dault merupakan suami dari Drg. Mira Arismunandar, sebelumnya pernah bekerja bekerja sebagai penasehat hukum. Namun kemudian melanjutkan pendidikan ke Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Dan selanjutnya berhasil meraih gelar Doktor (S3) Jurusan Teknik Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007.
Ayah dari Umar Adiputra Adhyaksa dan Fakhira Putri Maryam Adhyaksa ini dikenal aktif berorganisasi. Tahun 1987 sampai 1988, ia dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum USAKTI dan pada tahun yang sama ia dipercaya menjadi Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) Korwil DKI Jakarta. Jabatan Ketua Lembaga Pengkajian Keadilan dan Demokrasi Indonesia (LPKDI) diamanahkan kepadanya dari tahun 1999 hingga 2002. Begitupun sebagai Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Jakarta diembannya dari tahun 1999 sampai 2004, Selanjut dia pernah juga dipercaya menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) tahun 1999 sampai 2002. Kemudian menjadi Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia (MPI) tahun 2003 sampai 2006. Disamping itu ia juga dipercaya sebagai Ketua Badan Pengawas YPI Al Azhar periode 2007-2012.
Pada tanggal 27 Agustus 2009, Adhyaksa Dault, yang waktu itu calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera yang dipastikan terpilih dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah, mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum untuk mengajukan pengunduran diri sebagai calon legislator.
Setelah selesai menjalankan tugas sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Kabnet Indonesia bersatu Jilid 1 periode 2004 - 2009, Adhyaksa Dault mengabdikan dirinya kembali kepada dunia pendidikan dengan kembali mengajar sebagai Dosen Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai-Universitas Diponegoro dan menjadi Kandidat Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro . Selain mengajar, tugas yang diemban Adhyaksa Dault menjadi Komisaris Independen PT.BRI.Tbk, sejak tahun 2010 sampai sekarang. Di sela-sela kesibukannya, Adhyaksa Dault juga beraktivitas sebagai Ketua Umum VANAPRASTHA, yaitu suatu wadah dari para Penggiat Alam Terbuka dan Aktivis Lingkungan yang berdiri sejak 1976. Dan salah satu program yang merupakan ide kreatif seorang Adhyaksa Dault sebagai penggiat alam terbuka dan Aktivis lingkungan dimana sampai sekarang program tersebut masih berlangsung adalah PIP3D ( Promosi Indonesia Pada - Pada Puncak Dunia). Program ini memadukan berbagai macam unsur kegiatan seperti Ekspedisi Pendakian, Touring Sepeda, Talkshow dan Dialog Interaktif sambil mempromosikan pariwisata Indonesia di manca negara. Pada tahun 2011 kemarin Adhyaksa Dault beserta team yang dipimpinnya berhasil melakukan Ekspedisi Pendakian di Mount Blanc - Prancis, touring sepeda mengelilingi sebagian Eropa Barat serta melakukan Talk show dan dialog interaktif di 2 Negara Eropa, Prancis dan Belanda.
Riwayat sekolah :
·      SD Islam Al-Azhar Jakarta, tahun 1972 s.d 1977
·      SMP Al-Azhar Jakarta, tahun 1977 s.d 1980
·      SMA Negeri 3 Jakarta, tahun 1980 s.d 1983
·      Universitas Trisakti, Sarjana, Fakultas Hukum, tahun 1984 s.d 1989
·      Universitas Indonesia, Magister, Pembangunan Masyarakat Jurusan Sosiologi, FISIP, 1997 s.d 1999
·      Institut Pertanian Bogor, Doktor, Jurusan Teknik Kelautan, tahun 2007
·      Kandidat Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro

Pengalaman Organisasi :
·      Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum USAKTI periode tahun 1987 s.d 1988.
·      Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) Korwil DKI Jakarta thn 1987 s.d 1988.
·      Ketua Lembaga Pengkajian Keadilan dan Demokrasi Indonesia (LPKDI) tahun 1999 s.d sekarang.
·      Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Jakarta, tahun 1999 s.d 2004.
·      Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI),1999 s.d 2002.
·      Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Garda Muda Merah Putih (DPN GMMP) tahun 2001 s.d 2006.
·      Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia, periode tahun 2003 s.d 2006.
·      Ketua Umum Vanaprastha (Penggiat Alam Terbuka & Aktivis Lingkungan) periode 2010 – 2013
·      Pelatih Utama perguruan Pencak Silat Al Azhar Seni Bela Diri. tahun 2007 - sekarang.
·      Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka 2013 – 2018

Adhyaksa Dault Terpilih Jadi Ketua Kwarnas


ImageKupang - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault memenangi pemilihan Ketua Kwartir Nasional Pramuka periode 2013-2018 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis, 5 Desember 2013. Adhyaksa unggul atas tiga calon lainnya, yakni Eris Herhanto, Jana Anggadireja, dan Nanan Soekarna.
Seusai pemilihan, Adhyaksa berjanji melanjutkan program kerja dari ketua sebelumnya, Azrul. "Tiga bulan pertama, kami akan konsolidasi organisasi," katanya. Adhyaksa unggul dengan 17 suara pada pemilihan yang diikuti 34 kwartir daerah Pramuka se-Indonesia. Posisi kedua ditempati Jana Anggadireja dengan 15 suara. Sedangkan Eris Haryanto dan Nanan Sukarna hanya meraih masing-masing satu suara.
Adhyaksa akan melakukan pembenahan pada dua aspek, yakni aturan dan sumber daya manusia (SDM). "Aturan mainnya bagus, tapi tidak didukung SDM yang baik, percuma saja, dan sebaliknya," katanya.Dia berjanji akan menggalang anak-anak muda untuk bergabung sebagai anggota pramuka karena pramuka ke depan harus dibuat sebagai wadah anak muda.
Apalagi, pramuka telah miliki televisi dan radio. "Pramuka harus bisa terjun dan berperang di dunia informasi," katanya. Dia berjanji membuat program-program yang bisa menjawab kebutuhan anak-anak muda karena anak muda sudah mulai tidak menyukai kegiatan-kegiatan seperti ini. Adhyaksa mengajak seluruh anak muda untuk bergabung dengan pramuka dalam pembentukan karakter sehingga bisa menjadi pemimpin pada masa yang akan datang.