Kamis, 21 November 2013

Pulau Enggano

Pulau Enggano adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India. Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan satu kecamatan. Pulau ini berada di sebelah barat daya dari kota Bengkulu dengan koordinat 05° 23′ 21″ LS, 102° 24′ 40″ BT.


Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisiastronomisnya terletak pada 05°31'13 LS dan 102°16'00 BT. Secara administratif,Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusatpemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yangberada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota ProvinsiBengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kotaManna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut.Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst,daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggianantara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dandidominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakandataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter.

Bentuk permukaan tanah di Pulau Enggano secara umum dapat dikatakan cukup datar hinggalandai, dengan sedikit daerah yang agak curam. Pada bagian timur pulau lebih datar dari pada bagian barat. Secara proporsional dapat dikatakan 63,39% dari pulau inimempunyai kemiringan landai (0-8%), 27,95% agak miring (8-15%) dan sisanya daerahmiring sampai terjal (15-40%). Berdasarkan klasifikasi tanah, kawasan daratan PulauEnggano didominasi oleh jenis tanah kambisol, litosol, dan alluvial. Selain itu, tanah diPulau Enggano memiliki tekstur lempeng berliat.

Di wilayah Pulau Enggano mengalir beberapa sungai dimana secara umum airnyadipengaruhi musim. Pada musim hujan debit air sungai tinggi, sebaliknya pada musimkemarau debit air rendah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Kikuba, SungaiKuala Kecil, Sungai Kuala Besar, Sungai Kahabi, Sungai Kinono, dan Sungai Berhawe.Beberapa sungai kecil lainnya antara lain Sungai Kaay, Sungai Kamamum, SungaiMaona, dan Sungai Apiko.

Karakteristik pantai yang terdapat di Pulau Enggano dapat dikategorikan dalam 5 (lima)tipe utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, danpantai karang berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengankeberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove. Tipe pantai pasir berlumpur ditemukan di Kahyupu, Tanjung Harapan, dan muara Sungai Banjarsari sampai TelukBerhau. Tipe pantai pasir berkarang terdapat di Kaana dan Meok, sedangkan tipepantai pasir karang berlumpur ditemui di Malakoni dan Banjarsari. Pantai karangberbatu dijumpai di bagian timur Pulau Enggano.Pulau Enggano beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh laut. Curah hujanpada bulan kering masih di atas 100mm. Bulan kering biasanya terjadi pada bulan Junidan Juli. Bulan basah kadang mencapai lebih dari 400mm per bulannya. Suhu udararata-rata setiap harinya berkisar antara 27,8ºC dengan suhu terendah 23,2ºC dantertinggi 34ºC. Kelembaban nisbi umumnya di atas 80% dengan variasi terendah 78%dan tertinggi 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Enggano kelembabanudara relatif tinggi sepanjang tahun. Angin dominan terbagi dalam dua musim, yaituangin musim barat (terjadi pada Bulan September sampai Januari) dan angin musim tenggara (bulan april).

ENGGANO - Cerita Pulau Sejarah

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sedikit orang tahu tentang gugusan  pulau kecil bernama Enggano yang terletak diperairan Samudera Hindia. Diduga pulau Enggano pertama kali dijumpai oleh para pelaut Portugis yang berlayar ke-Asia pada abad ke-16 sehingga tercatat dalam  peta lautan Asia milik Portugis yang dibuat  pada tahun 1853.

Nama enggano berasal dari kata engano, terambil dari bahasa Portugis yang berarti kekecewaan. Diceritakan pada tahun 1498 para pelaut Portugis berhasil sampai di Tanjung Pengharapan dan berlabuh di sebuah pulau yang diduga memiliki kekayaan alam berupa cengkeh dan lada. Kegembiraan bercampur rasa suka cita menyelimuti para pelaut Portugis atas keberhasilan yang akan diraih. Setelah berhari-hari menjelajahi pulau mereka tidak  menemukan cengkeh maupun lada yang dicari, sehingga menimbulkan kekecewaan yang mendalam dan terlontarlah kata engano yang berarti kesalahan/ kecewa.

Pada zaman dahulu masyarakat kepulauan Enggano sangat terisolir,  hampir tidak ada sarana komunikasi dan  transportasi  dari serta menuju ke pulau ini. Hal ini menyebabkan sedikitnya informasi yang bisa ditemukan tentang sejarah Enggano lama  dengan segala adat istiadat serta kebudayaan yang berkembang pada waktu itu. Dalam ensiklopedia Winkler Prins dan Beknopte Nederlands Indise Encyclopedi dari T.E. Bezemer terdapat sekilas sejarah tentang masyarakat Enggano yang diceritakan hidup terisolir dan dalam kesehariannya tidak mengenakan pakaian  sehingga dinamakan” Pulau Telanjang”.

Keterasingan Enggano pernah menarik perhatian beberapa orang berkebangsaan asing untuk berkunjung dan menetap dikepulauan ini. Tercatat seorang Jerman pernah menetap di Enggano untuk mempelajari bahasa-bahasa yang ada di kepulauan ini dan menurut hasil penelitianya memiliki banyak kesamaan dengan bahasa-bahasa yang ada di kepulauan Lautan Teduh Selatan seperti di kepulaun Hawaii. Kesamaan juga dapat ditemui dari berbagai adat istiadat seperti perahu yang digunakan sehari-hari dan struktur bangunan Kakario (rumah tradisonal penduduk asli pulau Enggano yang berbentuk bulat  dengan tiang atas bersegi delapan sampai dengan dua belas, memiliki tinggi mencapai 5 meter terbuat dari kayu besi dan kayu merbau yang banyak terdapat disekitar pulau. Rumah tradisional ini hanya memiliki satu lobang seperti guan yang berfungsi untuk keluar masuk rumah dan dibagian atasnya terdapat sebuah lobang kecil yang berfungsi untuk sirkulasi udara dalam rumah). Selanjutnya seorang Francis yang mengembangkan usaha perkebunan kelapa di pulau Aduwa (pulau dua)  untuk diolah menjadi kopra. Namun kendala transportasi yang sangat sulit membuat usahanya tidak berjalan baik dan kemudian ditinggalkan karena dianggap kondisi tersebut sangtlah tidak menguntungkan. Van der Vos seorang  berkebangsaan Belanda adalah orang yang mendatangkan hewan kerbau ke Enggano dengan tujuan untuk dikembangbiakan dan usahanya berhasil, namun pecahnya perang dunia ke dua memaksanya harus kembali ke negeri asalnya dan meninggalkan ratusan kerbau di pulau Enggano yang sekarang menjadi kerbau liar dan jinak yang banyak terdapat di pulau tersebut. Tercatat pula pada tahun 1902 para pendeta dari Barmen,  Jerman Barat tiba di Enggano yang  membawa peradaban baru dengan  mendirikan gereja dan sekolah-sekolah  serta berupaya memberantas buta huruf di kepulauan Enggano.

Dimasa penjajahan Jepang pulau Enggano menjadi salah satu titik pertahanan yang penting bagi Jepang, namun karena jaraknya yang jauh dari daratan pulau Sumatera sehingga sulit untuk memperoleh suplai alat-alat pertahanan dan juga bahan makanan yang diperlukan Ketika terjadi agresi Belanda pada tahun 1948, Jepang terpaksa melepaskan Enggano yang selanjutnya dapat dikuasi oleh tentara Belanda.

Diawal kemerdekaan Indonesia kepulauan Enggano merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Selatan. Jaraknya yang yang jauh dari daratan pulau Sumatera menyebabkan Enggano luput dari perhatian pemerintah pusat. Pada tanggal 30 Juli 1952 untuk pertama kali pejabat tinggi Republik Indonesia mengunjungi pulau Enggano setelah sekian tahun Indonesia merdeka yakni Gubernur Kepala Daerah Propinsi Otonom Sumatera Selatan       Dr. M Isa beserta rombongan yang terdiri dari anggota-anggota DPR, polisi militer, wartawan dan radio. Dari tepi muara sungai Malakoni rombongan disambut Camat setempat dan diiringi oleh gegap gempita nyanyian dari tarian” jahudo” yakni tari  perang masyarakat asli suku Enggano. Kunjungan ini mempunyai arti penting bagi masyarakat Enggano pada saat itu setelah sekian lama diabaikan oleh pemerintah dan bagi pemerintah khususnya Gubernur Provinsi Sumatera Selatan kunjungan pertama ke Enggano ini merupakan titik tumpu untuk menentukan arah pengembangan  pembangunan di Pulau Enggano kedepan.

Saat ini kepulauan Enggano merupakan bagian dari Provinsi Bengkulu, tepatnya masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Bengkulu Utara yakni Kecamatan Enggano dengan   enam desa defenitif meliputi desa Kahyapu, Kaana, Malakoni, Apoho, Meo dan desa Banjar Sari. Terdiri dari lima suku asli yakni suku Kaitora, suku Kaarubi, suku Kaahoao, suku Kauno serta suku  Kamai’ yang merupakan  suku bagi masyarakat pendatang dari luar pulau Enggano. Dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan laut di Malakoni dan Kahyapu diharapkan  dapat mengatasi masalah transportasi pulau Enggano sehingga  pembanguan dapat berjalan baik guna meningkatkan  pertumbuhan  ekonomi serta kesejahteraan masyarakat di kepulauan Enggano.

Minggu, 10 November 2013

Pahlawan Nasional

Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden. Sejak dilakukan pemberian gelar ini pada tahun 1959, nomenklaturnya berubah-ubah. Untuk menyelaraskannya, maka dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 disebutkan bahwa gelar Pahlawan Nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu:[1]
  • Pahlawan Perintis Kemerdekaan
  • Pahlawan Kemerdekaan Nasional
  • Pahlawan Proklamator
  • Pahlawan Kebangkitan Nasional
  • Pahlawan Revolusi
  • Pahlawan Ampera
Berikut adalah daftar 159 tokoh yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Daftar ini disusun berdasarkan data di situs web Kementerian Sosial per Januari 2010 dilengkapi dengan daftar Pahlawan Nasional yang ditetapkan setelahnya.[2] Karena perdebatan yang masih berlangsung mengenai statusnya, Pahlawan Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Ampera tidak dimasukkan ke dalam daftar ini.[3]
No. Nama Gelar Tanggal penetapan Dasar penetapan
1 Abdoel Moeis Pahlawan Kemerdekaan Nasional 30 Agustus 1959 Keppres No. 218 Tahun 1959
2 Ki Hadjar Dewantara Pahlawan Kemerdekaan Nasional 28 November 1959 Keppres No. 305 Tahun 1959
3 Raden Mas Soerjopranoto Pahlawan Kemerdekaan Nasional 30 November 1959 Keppres No. 310 Tahun 1959
4 Mohammad Husni Thamrin Pahlawan Kemerdekaan Nasional 28 Juli 1960 Keppres No. 175 Tahun 1960
5 Samanhudi Pahlawan Kemerdekaan Nasional 9 November 1961 Keppres No. 590 Tahun 1961
6 Oemar Said Tjokroaminoto Pahlawan Kemerdekaan Nasional 9 November 1961 Keppres No. 590 Tahun 1961
7 Ernest Douwes Dekker Pahlawan Kemerdekaan Nasional 9 November 1961 Keppres No. 590 Tahun 1961
8 Sisingamangaraja XII Pahlawan Kemerdekaan Nasional 9 November 1961 Keppres No. 590 Tahun 1961
9 Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi Pahlawan Kemerdekaan Nasional 9 November 1961 Keppres No. 590 Tahun 1961
10 Soetomo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 27 Desember 1961 Keppres No. 657 Tahun 1961
11 Ahmad Dahlan Pahlawan Kemerdekaan Nasional 27 Desember 1961 Keppres No. 657 Tahun 1961
12 Agus Salim Pahlawan Kemerdekaan Nasional 27 Desember 1961 Keppres No. 657 Tahun 1961
13 Gatot Soebroto Pahlawan Kemerdekaan Nasional 18 Juni 1962 Keppres No. 222 Tahun 1962
14 Sukarjo Wiryopranoto Pahlawan Kemerdekaan Nasional 29 Oktober 1962 Keppres No. 342 Tahun 1962
15 Ferdinand Lumbantobing Pahlawan Kemerdekaan Nasional 17 November 1962 Keppres No. 361 Tahun 1962
16 Zainul Arifin Pahlawan Kemerdekaan Nasional 4 Maret 1963 Keppres No. 35 Tahun 1963
17 Tan Malaka Pahlawan Kemerdekaan Nasional 28 Maret 1963 Keppres No. 53 Tahun 1963[4]
18 Albertus Soegijapranata Pahlawan Kemerdekaan Nasional 26 Juli 1963 Keppres No. 152 Tahun 1963
19 Raden Djoeanda Kartawidjaja Pahlawan Kemerdekaan Nasional 6 November 1963 Keppres No. 244 Tahun 1963
20 Saharjo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 29 November 1963 Keppres No. 245 Tahun 1963
21 Cut Nyak Dhien Pahlawan Kemerdekaan Nasional 2 Mei 1964 Keppres No. 106 Tahun 1964[5]
22 Cut Nyak Meutia Pahlawan Kemerdekaan Nasional 2 Mei 1964 Keppres No. 106 Tahun 1964
23 Raden Adjeng Kartini Pahlawan Kemerdekaan Nasional 2 Mei 1964 Keppres No. 108 Tahun 1964
24 Tjipto Mangoenkoesoemo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 2 Mei 1964 Keppres No. 109 Tahun 1964
25 Fakhruddin Pahlawan Kemerdekaan Nasional 26 Juni 1964 Keppres No. 163 Tahun 1964
26 Mas Mansoer Pahlawan Kemerdekaan Nasional 26 Juni 1964 Keppres No. 163 tahun 1964
27 Alimin Pahlawan Kemerdekaan Nasional 26 Juni 1964 Keppres No. 163 Tahun 1964[6]
28 Moewardi Pahlawan Kemerdekaan Nasional 4 Agustus 1964 Keppres No. 190 Tahun 1964
29 Wahid Hasjim Pahlawan Kemerdekaan Nasional 24 Agustus 1964 Keppres No. 206 Tahun 1964
30 Pakubuwana VI Pahlawan Kemerdekaan Nasional 17 November 1964 Keppres No. 294 Tahun 1964
31 Mohammad Hasyim Asyari Pahlawan Kemerdekaan Nasional 17 November 1964 Keppres No. 294 Tahun 1964
32 Ario Soerjo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 17 November 1964 Keppres No. 294 Tahun 1964
33 Soedirman Pahlawan Kemerdekaan Nasional 10 Desember 1964 Keppres No. 314 Tahun 1964
34 Oerip Soemohardjo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 10 Desember 1964 Keppres No. 314 Tahun 1964
35 Soepomo Pahlawan Kemerdekaan Nasional 14 Mei 1965 Keppres No. 123 Tahun 1965
36 Kusumah Atmaja Pahlawan Kemerdekaan Nasional 14 Mei 1965 Keppres No. 124 Tahun 1965
37 Ahmad Yani Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
38 Raden Soeprapto Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
39 Mas Tirtodarmo Harjono Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
40 Siswondo Parman Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
41 Donald Isaac Panjaitan Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
42 Sutoyo Siswomiharjo Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
43 Pierre Tendean Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 111/KOTI/1965
44 Karel Satsuit Tubun Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965 Keppres No. 114/KOTI/1965
45 Katamso Darmokusumo Pahlawan Revolusi 19 Oktober 1965 Keppres No. 118/KOTI/1965
46 Sugiono Pahlawan Revolusi 19 Oktober 1965 Keppres No. 118/KOTI/1965
47 Sutan Syahrir Pahlawan Nasional 9 April 1966 Keppres No. 76 Tahun 1966
48 Raden Eddy Martadinata Pahlawan Nasional 7 Oktober 1966 Keppres No. 220 Tahun 1966
49 Dewi Sartika Pahlawan Nasional 1 Februari 1966 Keppres No. 252 Tahun 1966
50 Wilhelmus Zakaria Johannes Pahlawan Nasional 27 Maret 1968 Keppres No. 6/TK/1968
51 Antasari Pahlawan Nasional 27 Maret 1968 Keppres No. 06/TK/1968
52 Usman Janatin Pahlawan Nasional 17 Oktober 1968 Keppres No. 50/TK/1968
53 Harun bin Said (Thohir bin Mandar) Pahlawan Nasional 17 Oktober 1968 Keppres No. 50/TK/1968
54 Basuki Rahmat Pahlawan Nasional 9 November 1969 Keppres No. 10/TK/1969
55 Arie Frederik Lasut Pahlawan Nasional 20 Mei 1969 Keppres No. 12/TK/1969
56 Martha Christina Tiahahu Pahlawan Nasional 20 Mei 1969 Keppres No. 12/TK/1969[7]
57 Maria Walanda Maramis Pahlawan Nasional 20 Mei 1969 Keppres No. 12/TK/1969
58 Supeno Pahlawan Nasional 13 Juli 1970 Keppres No. 39/TK/1970
59 Ageng Tirtayasa Pahlawan Nasional 1 Agustus 1970 Keppres No. 45/TK/1970
60 Wage Roedolf Soepratman Pahlawan Nasional 20 Mei 1971 Keppres No. 16/TK/1971
61 Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional 22 September 1971 Keppres No. 42/TK/1971
62 Zainal Mustafa Pahlawan Nasional 6 November 1972 Keppres No. 64/TK/1972
63 Hasanuddin Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
64 Pattimura Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
65 Diponegoro Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
66 Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
67 Teungku Chik di Tiro Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
68 Teuku Umar Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 87/TK/1973
69 Wahidin Soedirohoesodo Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973
70 Oto Iskandar di Nata Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973[8]
71 Robert Wolter Monginsidi Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973
72 Mohammad Yamin Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973
73 Yos Sudarso Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973
74 Prof. Dr. Suharso Pahlawan Nasional 6 November 1973 Keppres No. 88/TK/1973
75 Abdulrachman Saleh Pahlawan Nasional 9 November 1974 Keppres No. 71/TK/1974
76 Agustinus Adisucipto Pahlawan Nasional 9 November 1974 Keppres No. 71/TK/1974
77 Teuku Nyak Arief Pahlawan Nasional 9 November 1974 Keppres No. 71/TK/1974[9]
78 Nyi Ageng Serang Pahlawan Nasional 13 Desember 1974 Keppres No. 84/TK/1974
79 Rasuna Said Pahlawan Nasional 13 Desember 1974 Keppres No. 84/TK/1974
80 Halim Perdanakusuma Pahlawan Nasional 9 Agustus 1975 Keppres No. 63/TK/1975
81 Iswahyudi Pahlawan Nasional 9 Agustus 1975 Keppres No. 63/TK/1975
82 I Gusti Ngurah Rai Pahlawan Nasional 9 Agustus 1975 Keppres No. 63/TK/1975
83 Suprijadi Pahlawan Nasional 9 Agustus 1975 Keppres No. 63/TK/1975
84 Agung Hanyokrokusumo Pahlawan Nasional 3 November 1975 Keppres No. 106/TK/1975
85 Untung Suropati Pahlawan Nasional 3 November 1975 Keppres No. 106/TK/1975
86 Amir Hamzah Pahlawan Nasional 3 November 1975 Keppres No. 106/TK/1975
87 Thaha Sjaifuddin Pahlawan Nasional 24 Oktober 1977 Keppres No. 79/TK/1977
88 Mahmud Badaruddin II Pahlawan Nasional 29 Oktober 1984 Keppres No. 63/TK/1984
89 Soekarno Pahlawan Proklamator
Pahlawan Nasional
23 Oktober 1986
7 November 2012
Keppres No. 81/TK/1986
Keppres No. 83/TK/2012[10][11]
90 Mohammad Hatta Pahlawan Proklamator
Pahlawan Nasional
23 Oktober 1986
7 November 2012
Keppres No. 81/TK/1986
Keppres No. 84/TK/2012[10][11]
91 Soeroso R.P Pahlawan Nasional 23 Oktober 1986 Keppres No. 81/TK/1986
92 Radin Inten II Pahlawan Nasional 23 Oktober 1986 Keppres No. 81/TK/1986
93 Mangkunegara I Pahlawan Nasional 17 Agustus 1988 Keppres No. 48/TK/1988
94 Hamengkubuwana IX Pahlawan Nasional 30 Juli 1990 Keppres No. 53/TK/1990
95 Iskandar Muda Pahlawan Nasional 14 September 1993 Keppres No. 77/TK/1993
96 I Gusti Ketut Jelantik Pahlawan Nasional 15 September 1993 Keppres No. 77/TK/1993
97 Frans Kaisiepo Pahlawan Nasional 14 September 1993 Keppres No. 77/TK/1993
98 Silas Papare Pahlawan Nasional 14 September 1993 Keppres No. 77/TK/1993
99 Marthen Indey Pahlawan Nasional 14 September 1993 Keppres No. 77/TK/1993
100 Nuku Muhammad Amiruddin Pahlawan Nasional 7 Agustus 1995 Keppres No. 71/TK/1995
101 Tuanku Tambusai Pahlawan Nasional 7 Agustus 1995 Keppres No. 71/TK/1995
102 Syech Yusuf Tajul Khalwati Pahlawan Nasional 7 Agustus 1995 Keppres No. 71/TK/1995
103 Siti Hartinah Pahlawan Nasional 30 Juli 1996 Keppres No. 60/TK/1996
104 Raja Haji Fisabilillah Pahlawan Nasional 11 Agustus 1997 Keppres No. 72/TK/1997
105 Adam Malik Pahlawan Nasional 6 November 1998 Keppres No. 107/TK/1998
106 Tjilik Riwut Pahlawan Nasional 6 November 1998 Keppres No. 108/TK/1998
107 La Madukelleng Pahlawan Nasional 6 November 1998 Keppres No. 109/TK/1998
108 Syarif Kasim II Pahlawan Nasional 6 November 1998 Keppres No. 109/TK/1998
109 Ilyas Yakoub Pahlawan Nasional 13 Agustus 1999 Keppres No. 74/TK/1999
110 Hazairin Pahlawan Nasional 13 Agustus 1999 Keppres No. 74/TK/1999
111 Abdul Kadir Pahlawan Nasional 13 November 1999 Keppres No. 114/TK/1999
112 Fatmawati Pahlawan Nasional 4 November 2000 Keppres No. 118/TK/2000
113 Ranggong Daeng Romo Pahlawan Nasional 3 November 2001 Keppres No. 109/TK/2001
114 Hasan Basry Pahlawan Nasional 3 November 2001 Keppres No. 110/TK/2001
115 Abdul Harris Nasution Pahlawan Nasional 6 November 2002 Keppres No. 73/TK/2002
116 Djatikoesoemo Pahlawan Nasional 6 November 2002 Keppres No. 73/TK/2002
117 Andi Djemma Pahlawan Nasional 6 November 2002 Keppres No. 73/TK/2002
118 Pong Tiku Pahlawan Nasional 6 November 2002 Keppres No. 73/TK/2002
119 Iwa Koesoemasoemantri Pahlawan Nasional 6 November 2002 Keppres No. 73/TK/2002
120 Nani Wartabone Pahlawan Nasional 6 November 2003 Keppres No. 85/TK/2003
121 Maskoen Soemadiredja Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
122 Andi Mappanyukki Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
123 Ali Haji Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
124 Achmad Rifai Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
125 Gatot Mangkoepradja Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
126 Ismail Marzuki Pahlawan Nasional 5 November 2004 Keppres No. 89/TK/2004
127 Kiras Bangun Pahlawan Nasional 7 November 2005 Keppres No. 82/TK/2005
128 Bagindo Azizchan Pahlawan Nasional 7 November 2005 Keppres No. 82/TK/2005
129 Andi Abdullah Bau Massepe Pahlawan Nasional 7 November 2005 Keppres No. 82/TK/2005
130 Teuku Mohammad Hasan Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
131 Tirto Adhi Soerjo Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
132 Noer Alie Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
133 Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
134 Opu Daeng Risadju Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
135 Izaak Huru Doko Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
136 Hamengkubuwana I Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
137 Andi Sultan Daeng Raja Pahlawan Nasional 3 November 2006 Keppres No. 85/TK/2006[12]
138 Adenan Kapau Gani Pahlawan Nasional 9 November 2007 Keppres No. 66/TK/2007[13]
139 Ida Anak Agung Gde Agung Pahlawan Nasional 9 November 2007 Keppres No. 66/TK/2007[13]
140 Moestopo Pahlawan Nasional 9 November 2007 Keppres No. 66/TK/2007[13]
141 Slamet Riyadi Pahlawan Nasional 9 November 2007 Keppres No. 66/TK/2007[13]
142 Muhammad Natsir Pahlawan Nasional 6 November 2008 Keppres No. 41/TK/2008[14]
143 Abdul Halim Pahlawan Nasional 6 November 2008 Keppres No. 41/TK/2008[14]
144 Sutomo Pahlawan Nasional 6 November 2008 Keppres No. 41/TK/2008[14]
145 Jahja Daniel Dharma Pahlawan Nasional 9 November 2009 Keppres No. 58/TK/2009[15]
146 Herman Johannes Pahlawan Nasional 9 November 2009 Keppres No. 58/TK/2009[15]
147 Achmad Subardjo Pahlawan Nasional 9 November 2009 Keppres No. 58/TK/2009[15]
148 Johanes Leimena Pahlawan Nasional 11 November 2010 Keppres No. 52/TK/2010[16]
149 Johannes Abraham Dimara Pahlawan Nasional 11 November 2010 Keppres No. 52/TK/2010[16]
150 Syafruddin Prawiranegara Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
151 Idham Chalid Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
152 Haji Abdul Malik Karim Amrullah Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
153 Ki Sarmidi Mangunsarkoro Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
154 I Gusti Ketut Pudja Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
155 Pakubuwana X Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
156 Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono Pahlawan Nasional 7 November 2011 Keppres No. 113/TK/2011[17]
157 Radjiman Wedyodiningrat Pahlawan Nasional 6 November 2013 Keppres No. 68/TK/2013[18]
158 Lambertus Nicodemus Palar Pahlawan Nasional 6 November 2013 Keppres No. 68/TK/2013[18]
159 Tahi Bonar Simatupang Pahlawan Nasional 6 November 2013 Keppres No. 68/TK/2013[18]

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_nasional

Jumat, 08 November 2013

GERAKAN PRAMUKA INDONESIA (The Indonesia Scout Movement)

Sejarah Kepramukaan, Scouting yang di kenal di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan, dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda di Inggris yang terlibat dalam kekerasan dan tindak kejahatan, beliau menerapkan scouting secara intensif kepada 21 orang pemuda dengan berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tahun 1907. Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum dan sesudah perkemahan di Brownsea ditulis dalam buku yang berjudul “Scouting for Boy”.
Melalui buku “Scouting for Boy” itulah kepanduan berkembang termasuk di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1950-1960 organisasi kepanduan tumbuh semakin banyak jumlah dan ragamnya, bahkan diantaranya merupakan organisasi kepanduan yang berafiliasi pada partai politik, tentunya hal itu menyalahi prinsip dasar dan metode kepanduan.
Keberadaan kepanduan seperti ini dinilai tidak efektif dan tidak dapat mengimbangi perkembangan jaman serta kurang bermanfaat dalam mendukung pembangunan Bangsa dan pembangunan generasi muda yang melestarikan persatuan dan kesatuan Bangsa.
Memperhatikan keadaan yang demikian itu dan atas dorongan para tokoh kepanduan saat itu, serta bertolak dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, Presiden Soekarno selaku mandataris MPRS pada tanggal 9 maret 1961 memberikan amanat kepada pimpinan Pandu di Istana Merdeka. Beliau merasa berkewajiban melaksanakan amanat MPRS, untuk lebih mengefektifkan organisasi kepanduan sebagai satu komponen bangsa yang potensial dalam pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu beliau menyatakan pembubaran organsiasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya ke dalam suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal bernama GERAKAN PRAMUKA yang diberi tugas melaksanakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indoneisa. Gerakan Pramuka dengan lambang TUNAS KELAPA di bentuk dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.
Meskipun Gearakan Pramuka keberadaannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961, namun secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada khalayak pada tanggal 14 Agustus 1961 sesaat setelah Presiden Republik Indonesia menganugrahkan Panji Gerakan Pramuka dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961. Sejak itulah maka tanggal 14 Agustus dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka.
Perkembangan Gerakan Pramuka mengalami pasang surut dan pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan pentingnya oleh kaum muda, akibatnya pewarisan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila dalam pembentukan kepribadian kaum muda yang merupakan inti dari pendidikan kepramukaan tidak optimal. Menyadari hal tersebut maka pada peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke-45 Tahun 2006, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Revitalisasi Gerakan Pramuka. Pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Pramuka yang antara lain dalam upaya pemantapan organisasi Gerakan Pramuka telah menghasilkan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang GERAKAN PRAMUKA.
VISI, MISI DAN STRATEGI GERAKAN PRAMUKA
VISI :
“Gerakan Pramuka sebagai wadah pilihan utama dan solusi handal masalah kaum muda”
MISI :
  1. Mempramukakan kaum muda
  2. Membina anggota yang berjiwa dan berwatak pramuka, berlandaskan iman dan taqwa (Imtaq), serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Imteq)
  3. Membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela Negara
  4. Menggerakan anggota dan organisasi Gerakkan Pramuka agar peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kemasyarakatan
Strategi:
  1. Meningkatkan jumlah dan mutu satuan pendidikan keparamukaan
  2. Meningkatkan jumlah dan mutu peserta didik
  3. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga pendidik
  4. Memperbarui kurikulum pendidikan kepramukaan
  5. Meningkatkan sarana dan prasarana Pendidikan
  6. Memantapkan organisasi, sitem manajemen, dan sumber daya
  7. Meningkatkan pelaksanaan pelbagai program Gerakan Pramuka
Tujuan Kepramukaan
Gerakan Pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, social, intelektual dan fisiknya, agara mereka bias:
  1. Membentuk, kepribadian dan akhlak mulia kaum muda
  2. Menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara bagi kaum muda
  3. Meningkatkan keterampilan kaum muda sehingga siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjdai calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.
Prinsip Dasar Kepramukaan
Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
  1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam
  3. Peduli terhadap dirinya pribadi
  4. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka
Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
  1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
  2. Belajar sambil melakukan
  3. Sistem berkelompok
  4. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik
  5. Kegiatan di alam terbuka
  6. Sistem tanda kecakapan
  7. Sistem satuan terpisah untuk putera dan puteri
  8. Kiasan Dasar
Lambang
Lambang Pramuka
Lambang Pramuka
Lambang Gerakan Pramuka
  • Gerakan Pramuka berlambangkan: Gambar silhouette TUNAS KELAPA
  • Uraian arti Lambang Gerakan Pramuka
    1. Buah kelapa/nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan “CIKAL”, dan istilah “cikal bakal” di Indonesia berarti: penduduk asli yang pertama yang menurunkan generasi baru.
      Jadi buah kelapa/nyiur yang tumbuh itu mengandung kiasan bahwa tiap Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup Bangsa Indonesia.
    2. Buah kelapa/nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
      Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap Pramuka adalah seorang yang rokhaniah dan jasmaniah sehat, kuat, ulet, serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan bangsa Indonesia.
    3. Kelapa/nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekelilingnya.
      Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana dia berada dan dalam keadaan bagaiaman juga.
    4. Kelapa/nyiur tumbuh menjulang lurus keatas dan merupakan salah satu pohan yang tertinggi di Indonesia.
      Jadi melambangkan, bahwa tiap Pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan ia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.
    5. Akar Kelapa/nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah.
      Jadi lambang itu mengkiaskan, tekad dan keyakinan tiap Pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik, benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.
    6. Kelapa/nyiur adalah pohon yang serba guna, dari ujung atas hingga akarnya.
      Jadi lambang itu mengkiaskan, bahwa tiap Pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaanya kepada kepentingan Tanah air, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kepada umat manusia.
  • Lambang Gerakan Pramuka diciptakan oleh Sumardjo Atmodipuro (almarhum), seorang Pembina Pramuka yang aktif bekerja sebagai Pegawai Tinggi Departeman Pertanian
  • Lambang Gerakan Pramuka digunakan sejak tanggal 14 Agustus 1961 pada Panji-panji Gerakan Pramuka yang dianugerahkan kepada Gerakan Pramuka oleh Presiden republik Indonesia.
  • Pemakaian lambang Gerakan Pramuka sebagai lencana dan penggunaannya dalam tanda-tanda, bendera, papan nama, dsb. diatur dalam Petunjuk-petunjuk Penyelenggaraan.
  • Lambang Gerakan Pramuka berupa Gambar silhouette TUNAS KELAPA sesuai dengan SK Kwartir Nasional No. 6/KN/72 Tahun 1972, telah mendapat Hak Patent dari Ditjen Hukum dan Perundangan-undangan Departeman Kehakiman, dengan Keputusan Nomor 176634 tanggal 22 Oktober 1983, dan Nomor 178518 tanggal 18 Oktober 1983, tentang Hak Patent Gambar TUNAS KELAPA dilingkari PADI dan KAPAS, serta No.S 176517 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Hak Patent tuliasan PRAMUKA.

    Sumber : http://pramuka.or.id/news/sekilas-gerakan-pramuka.php